9
PENILAIAN STRATEGI

Dalam bab ini, tugas Saudara adalah menilai empat strategi yang pernah dipakai—dua dari Indonesia, satu dari Malaysia, satu dari Amerika Selatan, dan satu dari Afrika. Hanya satu yang gagal di negara pelaksanaannya. Semua bahan yang terdapat dalam Bab 1 s/d 7 boleh dipakai sebagai dasar penilaian.

Andaikan bahwa pembukaan lembaga Kristen baru masih mungkin, karena dapat dilaksanakan waktu strategi ini diterapkan, dan masih mungkin dalam banyak pelayanan lintas budaya.

Tugas

  1. Sesuaikanlah setiap strategi ini supaya dapat dipakai di wilayah pelayanan Saudara di Indonesia.
  2. Bandingkanlah semua strategi. Apakah ada persamaan atau perbedaan di antaranya? Jelaskanlah.
  3. Berilah penilaian Saudara terhadap setiap strategi tersebut, dan berilah pertanggungan jawab. Unsur-unsur mana yang sehat dan yang tidak sehat dalam setiap strategi? Kesimpulannya apa tentang setiap strategi? Mengapa Saudara menjawab demikian?
  4. Berilah usul-usul unk penyempurnaan strategi tersebut, serta menjelaskan alasan-alasannya.

Tugas penilaian dapat dikerjakan secara lisan di kelas, atau disiapkan sebagai paper.

STRATEGI PERTAMA

Tim yayasan masuk daerah baru dengan dukungan gereja-gereja pengutus. Pada mulanya mereka menginjili siapa saja yang berminat mendengarkannya, sehingga pada ahirnya muncullah beberapa pos.

Pos-pos itu menjadi batu loncatan untuk langkah-langkah berikutnya. Mereka memulai denominasi baru dengan pendaftaran di pemerintah. Dewan Pengurus terdiri dari anggota gereja, dan umumnya sudah berpendidikan theologia walaupun masih muda. Beberapa pos diangkat menjadi gereja yang seharusnya mandiri. Beberapa pos dan tempat pelayanan lain ternyata tidak berhasil sehingga macet ataupun bubar. Ada juga yang harus diserahkan kepada denominasi lain karena terlalu jauh untuk dilayani.

Pelayanan berikutnya bersifat latihan penginjil supaya dapat membuka pos-pos baru, dan melatih dan mendewasakan pengurus denominasi baru. Sesudah itu, mereka mendirikan sekolah theologia supaya dapat melatih tenaga yang lebih mantap.

Periode pelayanan terakhir adalah melatih pendidik theologia dan gembala yang berijasah, sebagai persiapan untuk pemberangkatan tim.

STRATEGI KEDUA

Strategi mudah dijelaskan sebagai tiga tahap, yang bertujuan membuka gereja-gereja baru di wilayah sekitar gereja induk. Dalam tahap pertama, gereja induk mengambil keputusan untuk mendirikan gereja baru, dan memilih seorang anggota kaum awam untuk mendirikan seksi Pembukaan Gereja Baru dan menjadi ketuanya. Ketua tim itu memilih anggota tim dari anggota gereja, dan melatih dan memuridkan mereka. Baik ketua maupun anggota tim harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Dalam tahap kedua, tim itu mentargetkan bagian kota yang cukup dekat untuk membuka jemaat baru, dan memulai pelayanan disana.

Pada tahap ketiga, hasil pelayanan tim dikumpulkan dan dijadikan gereja, dan anggota tim menjadi anggota di gereja itu. Gereja itu menyiapkan diri untuk mengutus tim lagi, sesuai dengan tahap pertama, sehingga siklus mulai lagi.

STRATEGI KETIGA

Departemen penginjilan di suatu denominasi merencanakan KKR besar dimana sudah ada pos. Anggota pos dilatih dalam PI, dan kelompok-kelompok doa dimulai untuk mendoakan KKR. Kenalan-kenalan dan masyarakat umum diundang.

Sesudah KKR diadakan, petobat-petobat baru hasil KKR segera dikumpulkan menjadi kelompok-kelompok pemuridan. Orang-orang ini disiapkan menjadi anggota pos lama atau membentuk pos baru. Pertumbuhan semacam ini memungkinkan pos yang paling besar menjadi sidang, dan membuahkan banyak pos baru.

STRATEGI KE-EMPAT

Tim yayasan masuk daerah dan kebudayaan baru dengan dukungan gereja-gereja pengutus, yang berada di tempat asalnya. Pada mulanya mereka menginjili siapa saja yang berminat mendengarkannya, sehingga pada ahirnya muncullah beberapa pos.

Pos-pos itu menjadi batu loncatan untuk langkah-langkah berikutnya. Tim mendirikan yayasan baru yang menjadi payung organisasinya. Pelayanan berikutnya bersifat latihan penginjil dan pendeta, yang disekolahkan ke suatu sekolah theologia yang senada dengan theologia yayasan tersebut. Sesudah itu, tim mendirikan sekolah theologia baru supaya melatih tenaga yang lebih mantap.

Mereka memulai denominasi baru dengan pendaftaran di pemerintah, dan beberapa pos diangkat menjadi gereja yang harus mandiri. Dewan Pengurus terdiri dari anggota gereja, dan umumnya sudah berpendidikan theologia walaupun masih muda.

Mereka ingin supaya tenaganya dan uangnya dipakai seefisien mungkin, sehingga menutup beberapa pos yang ternyata macet. SEbagai akibat dari tindakan itu, tim dapat membuahkan banyak pos dan gereja baru melalui penginjilan di wilayah-wilayah di sekitarnya.

Untuk selanjutnya, tim mengutamakan pembukaan pos-pos baru, pendewasaan pengurus denominasi, dan pendidikan theologia sebagai persiapan untuk pemberangkatan tim.

STRATEGI KE-LIMA

Ibukota negara itu adalah kota yang semakin modern, dan banyak orang desa pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Sekarang ada beberapa pabrik. Sekolah-sekolah di sana lebih baik daripada sekolah di pedalaman. Dalam kota itu ada beberapa agama, termasuk beberapa gereja.

Daerah sepanjang sungai adalah bagian pedalaman yang paling padat penduduknya, terutama dari suku-suku yang mempunyai wilayah masing-masing. Pada jaman dulu, seluruh daerah itu diselimuti hutan, tetapi sekarang banyak sekali yang sudah ditebangi dan dijadikan perkebunan. Namun demikian, mereka belum tahu cara yang paling baik untuk menggarapnya sehingga pertanian tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tanpa dikelola dengan baik, tanah itu segera tandus dan tidak dapat ditanami lagi.

Daerah pedalaman yang jauh dari sungai sangat kering dan penduduknya agat sedikit. Semua penduduk masih hidup sesuai dengan adat, dan belum menerima kemodernan. Adat masih ditaati sepenuhnya.

Dalam kebudayaan semua suku di negara itu, perempuan sangat ditindas, malah dianggap barang milik suaminya.

Tim membuka pelayanan di kota Y karena merasa itu paling strategis untuk menjangkau daerah pedalaman. Yang menerima Injil terutama muda-mudi sehingga ada beberapa gereja yang sebagian besar orang-orang muda.

Walaupun ada hasil, tim ingin menginjili lebih ke pedalaman lagi, dan membuka banyak Puskesmas di tempat-tempat terpencil di pedalaman. Harapan mereka adalah mencari keterbukaan terhadap Injil. Yang kadang-kadang menerima kesaksian di tempat-tempat itu adalah ibu-ibu yang datang ke puskesmas untuk pengobatan anaknya. Dari pelayanan itu, belum ada gereja walaupun beberapa muda-mudi percaya sehingga harus melarikan diri dari keluarga.

Tim terdiri dari 13 perumpuan yang belum nikah dan tiga pasang suami-isteri. Ketua tima adalah perempuan.

Arn, Win C. dan McGavran, Donald A. 1973. How to Grow a Church Ventura, Ca.: Regal Books.